Yoyoi… kali ini saya mau review anime lama Gin no Saji yang sayang banget kalau gak ditonton. Sebenarnya gak lama-lama banget sih, season pertama anime ini tayang musim panas dua tahun yang lalu, sedangkan season keduanya tayang pada musim dingin tahun berikutnya.
Gin no Saji atau Silver Spoon menceritakan kisah Hachiken dalam menjalani kehidupan sekolahnya di SMA Pertanian Ooezu. Sekolah ini terletak di daerah pedesaan prefektur Hokkaido. Hachiken memutuskan melanjutkan sekolah di sini agar dapat hidup terpisah dari keluarganya. Dia berpikir, dengan kemampuannya ia dapat menjalani kehidupan sekolah di sini dengan mudah dan dapat menikmati masa SMA-nya dengan tenang. Namun ternyata dia salah, Hachiken yang selama ini hidup di kota, kini harus berusaha keras untuk beradaptasi hidup di pedesaan dimana banyak kotoran, hewan ternak, bahkan hewan liar seperti rusa dan beruang.[1]
Fokus utama di season pertama Gin no Saji menceritakan perjuangan Hachiken dalam beradaptasi di lingkungan yang benar-benar berbeda dari kehidupannya sebelumnya. Sebagai seorang yang dilahirkan dan dibesarkan di kota, beradaptasi di lingkungan pedesaan bukanlah perkara yang mudah. Ditambah lagi, sekolah yang diambil adalah sekolah pertanian, yang mana sekolah kejuruan yang lebih banyak prakteknya dibanding materi pelajaran umum.
Jika tak punya impian, kau tidak berguna.
Kalimat yang diucapkan Hachiken di akhir episode pertama. Masalah pertama yang dihadapi Hachiken adalah perasaan cemasnya tentang masa depannya. Hachiken yang tidak memiliki tujuan hidup, merasa iri dengan teman-temannya yang punya impian dan bersemangat mewujudkannya.[2] Teman-temannya yang kebanyakan adalah anak dari pengusaha ternak berambisi untuk melanjutkan usaha keluarga mereka.
Memiliki impian itu membutuhkan tekad untuk menghadapi kenyataan.
Seperti halnya anime shounen lainnya. Anime ini juga sarat akan perjuangan dan kerja keras dari para karakter dalam menggapai impiannya. Namun yang menarik, anime ini juga memberi banyak gambaran kenyataan yang harus dihadapi dalam setiap profesi yang diimpikan.
Memiliki impian dan tahu cara menggapainya, itu saja tidaklah cukup.[3] Banyak kendala yang harus dihadapi dalam mewujudkannya. Seperti masalah yang dihadapi Aikawa yang ingin menjadi dokter hewan. Salah satu hal yang harus dimiliki seorang dokter hewan adalah berani untuk membunuh hewan. Khususnya dokter yang menangani hewan ternak, mereka sering diminta untuk memutuskan pilihan antara hidup dan mati hewan ternak. Banyak orang yang masuk universitas untuk menjadi dokter hewan tidak tahan setelah menghadapi pilihan sulit ini.
Memahami dalamnya arti Itadakimasu
Biasanya kata itadakimasu dalam anime, manga atau dorama sering diartikan sebagai “selamat makan” karena kata ini sering diucapkan sebelum makan. Tapi sebenarnya kata Itadakimasu 頂きます / 戴きます secara gramatika berarti “(saya) menerima”. Kata ini digunakan untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepada hewan dan tumbuhan yang menyerahkan hidupnya untuk dimakan.
Gin no Saji mengajarkan kita untuk selalu menghargai segala jenis makanan, karena setiap makanan yang kita makan terdapat nyawa yang telah dikorbankan. Bayangkan kalau kita dilahirkan sebagai hewan ternak yang nyawanya dengan mudah dapat ditentukan hanya dengan perasaan seorang manusia.
Inilah Slice of Life
Cerita yang dalam dengan setting tempat di daerah pedesaan membuat anime ini jadi tontonan yang berkualitas dan mudah dinikmati penonton cowok maupun cewek. Meskipun anime ini juga ber-genre comedy, jangan harap kalian para cowok dapat fan service apalagi adegan-adegan yang mengundang sinar dewa. Yah walau tak banyak gadis moe yang ditampilkan, tapi masih ada Mikage yang mungkin bisa sedikit meredakan dahaga kalian.