Bakemonogatari adalah anime pertama adaptasi dari novel ringan Monogatari Series karya NisiOisiN. Seri yang memiliki banyak penggemar, tetapi tak sedikit pula yang dipusingkan dengan seri ini. Njelimetnya Monogatari Series bisa dimaklumi mengingat gaya penulisan NisiOishiN yang suka bermain kata, ditambah animenya digarap studio SHAFT dengan sutradara Akiyuki Shinbou yang sering mengambil angle kamera tak wajar dan suka menyisipkan visual yang abstrak. Tak berhenti di situ, penonton semakin dibuat pusing dengan urutan adaptasi anime yang acak tak sesuai dengan kronologi cerita. Namun, justru karena kenjlimetannya inilah yang membuat Monogatari Series unik. Karena kerumitannya inilah yang membuat menarik untuk mengurai pesan yang terkandung dalam cerita.
Monogatari Series bercerita tentang Koyomi Araragi yang sering berurusan dengan keganjilan (makhluk gaib atau supranatural) atau dalam anime ini disebut dengan istilah Kai. Secara harfiah Bakemonogatari berarti Kisah Monster. Arc pertama Bakemonogatari berjudul Hitagi Crab (Kepiting Hitagi), tayang sebanyak dua episode. Seperti judulnya, arc ini berfokus cerita pada Hitagi Senjougahara dan makhluk keganjilan berwujud kepiting.
Kehilangan Berat Badan
Setelah adegan fanservice legendaris yang mempertontonkan daleman Tsubasa Hanekawa, penonton langsung dibuat pusing karena dipaksa mencerna ringkasan background cerita awal Araragi menjadi vampir hanya dalam durasi kurang dari satu setengah menit. Adegan selanjutnya masuk ke pengantar cerita arc, ketika Araragi mengetahui rahasia bahwa Senjougahara tidak memiliki berat badan yang normal. Kalau dilihat dari tinggi dan kondisi fisiknya, seharusnya berat badannya sekitar 45 kg, tetapi berat badannya hanya 5 kg.
Saat SMP, Senjougahara bertemu dengan seekor kepiting dan berat badannya diambil olehnya.
Tindakan untuk Tidak Bertindak
Senjougahara tak memiliki pilihan lain selain membungkam Araragi dengan staples agar diam. Ia melakukan itu untuk meyakinkan Araragi agar mengacuhkannya dan tidak melakukan apapun. Namun, Araragi tetap nekat untuk mencampuri urusannya. Tak hanya itu, ia bahkan juga menawarkan bantuan.
Mungkin tindakan Senjougahara melukai Araragi terlihat tidak perlu dan berlebihan. Namun, hal ini diperlukan untuk pengenalan karakter Senjougahara yang kasar, tegas dan tak berharap pada kebaikan orang lain. Selain itu, dari sisi perkembangan cerita juga diperlukan. Dengan luka itu, Araragi jadi bisa membuktikan bahwa ia bisa sembuh dengan cepat hanya dalam hitungan detik. Araragi jadi bisa membuktikan bahwa ia juga bukan orang biasa seperti Senjougahara. Dan yang lebih penting Araragi jadi bisa meyakinkan Senjougahara bahwa ia mungkin bisa membantu menyelesaikan masalahnya.
Berlagak sebagai Korban
“Aku tidak suka kau berlagak sebagai korban” kata Meme Oshino pada Senjougahara. Oshino menganggap Senjougahara bukanlah korban dari Kai, dirinya sendirilah penyebabnya. Karena eksistensi Kai atau sosok metafisika lainnya tergantung pada pikirannya sendiri.
Eksistensi Dewa
Perkataan Oshino ini merupakan filsafat eksistensialisme Dewa atau Tuhan. Eksistensi Tuhan tergantung pada pikiran seseorang. Ketika seseorang dalam hidupnya selalu mengingat Tuhan, maka Tuhan ada di mana pun ia berada. Namun, sebaliknya jika seseorang itu tak pernah mengingat Tuhan, maka Tuhan juga tidak ada di mana pun.
Kepiting Berat Badan dan Dewa Pikiran
Menurut Oshino, masalah Senjougahara yang kehilangan berat badan disebabkan oleh Kepiting Berat Badan (Omoi Shikani) atau juga disebut Dewa Pikiran (Omoi Shikami). Menariknya di sini NisiOisiN bermain dua pasang kata. Pertama, kata Kani dan Kami yang ketika diucapkan terdengar mirip. Kani (蟹) dalam bahasa Jepang berarti Kepiting, sedangkan Kami (神) berarti Dewa. Kata selanjutnya yaitu kata Omoi yang bisa berarti Berat (重い) dan bisa juga berarti Pikiran (思い), tergantung penulisannya.
Istilah | Omoi | Shikani / Shikami |
---|---|---|
Omoi Shikani | Berat | Kepiting |
Omoi Shikami | Pikiran | Dewa |
Perspektif | Penyebab | Perwujudan |
---|---|---|
Omoi Shikani | Pikiran / Perasaan | Keganjilan / Monster (Kai) |
Omoi Shikami | Pikiran / Perasaan | Dewa |
Kenapa Dewa, bukan Monster, Iblis atau Makhluk Negatif Lainnya?
NisiOisiN merepresentasikan kondisi kejiwaan dalam bentuk makhluk keganjilan (Kai). Senjougahara yang mengalami masalah beban mental bertemu dengan kepiting yang merenggut berat badannya. Yang menarik, eksistensi Kai berwujud kepiting yang dijumpai Senjougahara sebenarnya adalah sosok dewa, bukan monster, iblis atau makhluk negatif lainnya. Alasan NisiOisiN merepresentasikannya sebagai dewa kemungkinan karena penyebab beban mental Senjougahara sebenarnya bukan hal yang buruk (jika tidak berlebihan), yaitu menganggap bahwa permasalahan keluarganya karena dirinya sendiri, bukan orang lain. Senjougahara tidak menyalahkan ibunya meskipun secara logis lebih mudah menganggap permasalahannya karena ibunya mengikuti aliran sesat.
Akar Masalah
“Yang Bisa Menyelamatkanmu Hanya Dirimu Sendiri” kalimat yang diucapkan Oshino pada Senjougahara. Maksud dari perkataan itu Oshino hanya bisa membantu, tetapi pada akhirnya yang bisa menyelamatkannya hanyalah Senjougahara sendiri.
Karena akar masalahnya dari pikirannya sendiri, jadi solusinya juga dengan mengubah pola pikirnya sendiri.
Perspektif dan Konklusi
Ada dua masalah yang dialami Senjougahara. Pertama, ia mengalami beban mental karena menganggap kehancuran keluarganya disebabkan oleh dirinya. Kedua, ia kehilangan berat badan setelah bertemu dengan kai berwujud kepiting. Namun, akar permasalahan keduanya sama, yaitu kesalahan perspektif atau pola pikirnya ketika memandang dan merespons realitas.
Perspektif | Perwujudan | Respons | Dampak | Aspek | Akibat |
---|---|---|---|---|---|
Omoi Shikani | Monster | Takut | Negatif | Fisik | Kehilangan Berat Badan |
Omoi Shikami | Dewa | Doa, Penerimaan | Positif | Psikis | Kesembuhan Jiwa |
Karena akar kedua masalahnya sama, maka solusinya pun sama, yaitu mengoreksi perspektif atau pola pikirnya. Dengan mengetahui bahwa yang ia temui adalah Dewa Pikiran, bukan (monster) Kepiting Berat Badan, maka ia dapat merespons dengan tepat. Ia hanya perlu berdoa agar berat badannya kembali. Ia hanya perlu menerima realitas kondisi keluarganya saat ini dan tak perlu berpikir berlebihan agar tidak beban mental.